Friday, June 21, 2013

To My Kids, With Love :')


Kids,
Sedang apa? Mami sedang ingin menulis untuk kalian. Ini tentang kalian, permata hati Mami dan kebanggaan Papi.
Kids,
Apakah kalian tau, bahwa setelah Mami dan Papi menikah, kami belum ingin langsung Mami hamil. Lebih tepatnya Mami yang belum ingin langsung hamil. Keinginan ini tentu aja banyak yang menentang, apalagi grandma kalian. Grandma ga sabar ketemu cucunya yang mix antara Papi yang wajahnya japanese dan Mami yang wajahnya mediteranian, hehe..
Kids,
Ga banyak orang yang bisa mengerti dengan keputusan yang Mami dan Papi ambil, lebih seringnya mereka malah bertanya kenapa, kenapa dan kenapa? Bahkan di satu titik Mami merasa dituding dan disalahkan. Mereka hanya tau bahwa setiap pasangan yang menikah harus sesegera mungkin memiliki momongan. Mami ga berpikir begitu. Mami merasa mami berhak mengatur rencana untuk masa depan kita, Mami merasa Mami berhak memikirkan yang terbaik untuk kalian.  Banyak wanita-wanita lain yang langsung hamil bagaimana pun keadaannya saat itu, bagaimanapun masa depannya kelak. Mami iri dengan mereka yang bisa berpikiran sesederhana itu, sedangkan Mami sampai sekarang pun masih khawatir dengan kondisi Mami dan Papi. Bukannya Mami ingin mengeluh, kids ;’)
Kids,
Mami memikirkan kalian bahkan sebelum Mami menikah dengan Papi. Mami ingin jika nanti akan hamil, mami dan papi sudah tinggal di rumah sendiri, memiliki kendaraan roda empat, dan memiliki sejumlah nominal di tabungan. Mami ingin semuanya siap ketika kalian lahir ke dunia, Mami ga ingin kalian kekurangan. Tapi bahkan ketika Mami memiliki itu semua, Mami tetap belum melanjutkan ke tahap selanjutnya. Kalian tau kenapa? Karena mami takut, mami takut belum bisa menjadi ibu yang baik bagi kalian. Mami sungguh takut menyia-nyiakan kalian dalam ketidakdewasaan Mami. Maafkan Mami, kids :’(
Kids,
Mungkin banyak yang ga tahu bahwa Mami sungguh merindukan kalian, terlebih Papi kalian. Papi selama ini selalu membujuk Mami untuk segera memiliki kalian, tapi Mami menolak. Tapi ketika Mami lemah justru Mami-lah yang merengek meminta kepada Papi (dan Allah tentunya) untuk segera memiliki kalian.  Mami sedih sekali ketika beberapa kali tes kehamilan Mami menunjukkan negatif, walaupun Mami tau hasilnya  akan negatif (kalian jangan mempertanyakan ini ya,hehe..) tapi hati Mami selalu retak sedikit ketika melihat garisnya hanya ada satu.
Kids,
Hanya sedikit tulisan ini yang bisa Mami ceritakan. Nanti ketika kita bertemu, insyaallah akan Mami ceritakan semuanya, tentang kehidupan, tentang cinta, tentang Mami dan Papi. Mami berharap dimana pun kalian,,, bersabarlah :’)
 
With Love,
Mami dan Papi..

Friday, June 14, 2013

I Envy You All Who Work Happily Ever After

Pagi ini, siang kemarin, sore lusa, kapanpun, saya selalu melihat orang yang dedicated sekali dengan pekerjaannya. Works always comes first. The talks, the topics, selalu tentang pekerjaan, jelas sekali mereka sangat cinta pekerjaan mereka. Dan sialnya, saya yang menjadi saksi sukses mereka. Saya yang selama ini mengagung-agungkan status sebagai seorang lulusan arsitek, saya yang selama kuliah selalu dedicated dan menggebu-gebu dengan dunia perarsitekan, namun jadi apa saya sekarang? Memang saya ga benci pekerjaan saya, tapi saya belum pernah mencicipi kebahagiaan seperti mereka yang mendapatkan pekerjaan yang mereka impikan -bahkan semenjak mereka masih di dalem perut ibunya. *sigh* Why do i have to be so cynical? :(
Ada pepatah yang bilang "do what you love, love what you do" tentunya akan mudah sekali untuk mencintai pekerjaan kita jika kita telah mencintainya lebih dulu baru mengerjakannya. Orang-orang yang beruntung itu, tentunya akan berbahagia untuk begadang, staying until late di kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya, mengabaikan lingkungannya, they're all will seems so addicted to what they do. Bagaimana sih rasanya sebahagia itu? Apakah sebahagia saat saya menakar tepung, mencampur adonan, mengolesi buttercream, dan menghidangkan sepiring cupcakes buatan saya ke orang yang saya sayangi? Seharusnya saya bisa jadi sebahagia itu ketika saya mengerjakan konsep, kemudian menuangkannya ke dalam gambar, kemudian gambar itu menjadi nyata, kemudian setiap kali saya berkendara bersama keluarga dan melewatinya, saya akan dengan bangga mengatakan "itu hasil kerja saya" :') sepertinya mengharukan, tapi sampai sekarang saya belum pernah merasakannya.

Lalu harus seperti apa Saya menanggapi ke-excited-an mereka ketika diam-diam di dalam hati saya hancur menjadi kepingan-kepingan kecil?

To those out there whose that lucky, I Envy You All Who Work Happily Ever After :'(

Wednesday, May 15, 2013

Project Control Engineer

Jadi engineer itu keren banget menurut saya, gimana ga keren kalo kerjaannya membangun dan mengendalikan? Apa lagi di bidang offshore oil and gas company, kerennya bisa nambah 100 kali lipat, hihi :D
Nah, since i entered my first job in oil and gas company, selanjutnya ya bakalan nyemplung di siti-situ juga. Pertama-tama saya jadi planning engineer, trus sekarang 'naik pangkat' jadi project control engineer. Kerjaannya relatif mirip keduanya, tapi yang sekarang lebih fokus ke controlling dari pada planning, dan juga yang tadinya kerja di lapangan sekarang stay di kantor.
Jadi project control engineer is a fun thing to do, asalkaaaannnnn....
a. have passion in oil and gas sector
b. have passion in controlling project
c. have knowledge in offshore project sequence
d. have the ability of good communication
e. have the ability of planning and organizing effectively

Poin a sih saya so-so-laah, kalo b sama e, saya ini kan orangnya suka banget ngatur sesuatu jadi sepertinya bakalan good at this point deh, analisa saya sih ;) Kalo poin d sejujurnya saya belum bisa menilai sendiri, maybe anyone want to be my guess? Naaahhhh.... the problem is poin c, yang ini saya jelas ga dapet dari bangku kuliah, ga dapet juga dari first job saya (karena waktu itu kan saya di onshore). Soooo? ya saya harus belajar from deep deep down lagi, bener-bener basic. Saya ngaku deh saya masih bego banget sama offshore. Jacket Pile, Riser Guard, Wellhead deck, etc etc, sekarang jadi makanan sehari-hari. Tapi kalo ga ngerti gimana mau dicerna ya?
Pengen banget bisa cepet ngerti, mungkin kalo seandainya rumor bakar kertas terus abunya diminum bisa beneran bikin pinter dan ngerti, saya rela deh ngelakuinnya, hihii..

Anyway sekarang kerjaan saya di kantor sekarang jadi nambah, ngeblogging! :D
Ini sebenarnya implementasi saya dari mata yang keriting ngadep excel mulu sama otak yang berasep googling offshore work sequence mulu. Saya bukannya mau ngeluh, gini-gini i love my job karena kerjaannya cukup menantang. Semoga di sini saya bisa kebentuk jadi orang yang smart, wise, useful, humble, and mature. Because I sorrounded with those kind of people here. Yeeaayyy... Semangaatttt :D

Tuesday, May 14, 2013

Between Dreams and Opportunity

Jika kita bertanya kepada anak kecil, "ingin jadi apa ketika besar nanti?" Sebagian besar pasti akan menjawab, ingin jadi dokter, pilot, guru... Namun jika bertanya kepada saya, saya akan dengan sangat mantap menjawab, "Saya ingin menjadi seorang arsitek".
Dari kecil saya sudah hobi banget sama yang namanya menggambar denah rumah, merancang site plan, mengatur interior. Bahkan dulu ketika masih duduk di bangku kelas 6 SD, saya sering dapet pesenan gambar denah rumah dari temen-temen sekelas. Mereka seneng, saya ikutan seneng, dan ujung-ujungnya mereka selalu berkata " Ucha jadi arsitek ya, nanti kita pesen desain rumah dari Ucha" And you know what? I did!! I become an Architect!
 
 
The End
 
 
NOPE! Not that easy, gak segampang itu ternyata.
"Apakah saya seorang arsitek?" Kalo lulus dari jurusan arsitektur dari sebuah universitas bisa dikatakan begitu, maka jawabnya "Iya, saya seorang Arsitek". Arsitek adalah sebuah profesi yang dapat melahirkan karya berupa rancangan bangunan yang kemudian diwujudkan dan digunakan. Lalu saya bertanya lagi, "Apakah saya seorang arsitek yang karya rancang bangunannya sudah diwujudkan dan digunakan?" Maka jawabnya sudah pasti "bukan"
Saya sadar banget bahwa jalan menuju puncak impian gak akan semudah itu diraihnya. To become an architect I have to do that, and those, and these, and other things. Dan semesta saya belum memandu saya untuk jadi seorang arsitek sejati. Intinya saya belum mencapai impian saya. Saya stuck dan sedikit desperate, but life goes on. Sementara apply saya di dunia perarsitekturan diacuhkan, apply saya di bidang oil and gas berbuah interview. Dan semua saya jalani, semua saya ikuti. Karena apa? Karena Between Dreams and Opportunity terdapat Choice, diantara impian dan kesempatan terdapat pilihan. Pilihan yang mengarahkan kita akan melangkah kemana? Impian diciptakan untuk digapai, tapi hidup cuma sekali dan kesempatan gak dateng dua kali. Jadi saya memilih untuk mengambil kesempatan, namun saya tidak akan menguburkan impian saya. I'll be there at the peak of my dream, someday... Lagipula arsitek ga melulu soal merancang bangunan, bisa jadi merancang alur kehidupan, dan dari situ bisa dikatakan saya adalah seorang arsitek. I designed my own life, I chose my own path, therefore I am the Architect of my life. And I'm so proud of it :')

Wednesday, May 1, 2013

Always Remember to Take Your Time, Ucha...



Dulu waktu kuliah, saya akan sangat menjaga kestabilan IPK saya dan keperfekan nilai saya. I will try so hard, because i really hate when:


I look dump in front of other people,


I look like i do not master things,


I find it hard to understand something or someone,


I wanna accomplish something, but I can’t,


I’m not capable of something,


Dan sekarang saat saya sudah bekerja untuk kedua kalinya, saya mulai berpikir; that i sucks at my job :(


Bahkan di hari pertama saya menangis sampe sesenggukan, di depan F begitu keluar dari gedung perkantoran kami. Saya kesal dan frustrasi gak bisa membaca format baru dari perusahaan, gak bisa perform dengan baik, sempat salah kirim email, dan salah memahami istilah-istilah yang baru saya temui di hari itu.


Ga cukup di situ, dua minggu kemudian saya kembali curhat ke F, saya gemetar sembari bercerita, bahwa saya gagal menerjemahkan materi meeting yang saya hadiri kemarin pagi.


Rasanya sangat menyebalkan, bahkan lebih menyebalkan dari pada digigit nyamuk sewaktu tidur (ini perumpamaan yang aneh. Abaikan...)


Lalu tanggapan F?


Ketawa. Iya, ketawa. Betapa tidak sopannya makhluk satu ini :’(


F: ucha kerja tanggal berapa?


U: 15 April


F: sekarang tanggal berapa?


U: 30 April


F: udah kerja berapa minggu?


U: dua minggu


F: you are lucky and smart indeed, my queen. Orang lain belum tentu akan mengerti sebanyak yang kamu mengerti dalam dua minggu ini. Bahkan saya perlu tiga tahun untuk jadi seperti sekarang.




F masih tersenyum dan sambil nyetir ke arah pulang, F menasehati saya. Bahwa saya terlalu keras terhadap diri saya, bahwa saya gak harus jadi master dalam sehari, bahkan dua minggu masih terlalu cepat untuk menguasai semuanya. Perlu banyak belajar memang, tapi gak perlu waktu yang teramat singkat. Take your time and learn everything.


Saya terdiam dan jadi melamun...


Betapa kerasnya saya ingin melawan kebencian saya, betapa inginnya saya berlari padahal waktu telah mengizinkan saya untuk berjalan.


And then i realize...


That i still have so much time to learn. That i can take my time and understanding things i wanna understand. That i should believe to myself; I’m capable of accomplishing as many task as they could give to me. I started to smile for the first time of that day J


Thanks for giving me such a wonderful tutor of my life. I wonder how could i be without my F.


Thank you so much, Allah...