Tuesday, May 14, 2013

Between Dreams and Opportunity

Jika kita bertanya kepada anak kecil, "ingin jadi apa ketika besar nanti?" Sebagian besar pasti akan menjawab, ingin jadi dokter, pilot, guru... Namun jika bertanya kepada saya, saya akan dengan sangat mantap menjawab, "Saya ingin menjadi seorang arsitek".
Dari kecil saya sudah hobi banget sama yang namanya menggambar denah rumah, merancang site plan, mengatur interior. Bahkan dulu ketika masih duduk di bangku kelas 6 SD, saya sering dapet pesenan gambar denah rumah dari temen-temen sekelas. Mereka seneng, saya ikutan seneng, dan ujung-ujungnya mereka selalu berkata " Ucha jadi arsitek ya, nanti kita pesen desain rumah dari Ucha" And you know what? I did!! I become an Architect!
 
 
The End
 
 
NOPE! Not that easy, gak segampang itu ternyata.
"Apakah saya seorang arsitek?" Kalo lulus dari jurusan arsitektur dari sebuah universitas bisa dikatakan begitu, maka jawabnya "Iya, saya seorang Arsitek". Arsitek adalah sebuah profesi yang dapat melahirkan karya berupa rancangan bangunan yang kemudian diwujudkan dan digunakan. Lalu saya bertanya lagi, "Apakah saya seorang arsitek yang karya rancang bangunannya sudah diwujudkan dan digunakan?" Maka jawabnya sudah pasti "bukan"
Saya sadar banget bahwa jalan menuju puncak impian gak akan semudah itu diraihnya. To become an architect I have to do that, and those, and these, and other things. Dan semesta saya belum memandu saya untuk jadi seorang arsitek sejati. Intinya saya belum mencapai impian saya. Saya stuck dan sedikit desperate, but life goes on. Sementara apply saya di dunia perarsitekturan diacuhkan, apply saya di bidang oil and gas berbuah interview. Dan semua saya jalani, semua saya ikuti. Karena apa? Karena Between Dreams and Opportunity terdapat Choice, diantara impian dan kesempatan terdapat pilihan. Pilihan yang mengarahkan kita akan melangkah kemana? Impian diciptakan untuk digapai, tapi hidup cuma sekali dan kesempatan gak dateng dua kali. Jadi saya memilih untuk mengambil kesempatan, namun saya tidak akan menguburkan impian saya. I'll be there at the peak of my dream, someday... Lagipula arsitek ga melulu soal merancang bangunan, bisa jadi merancang alur kehidupan, dan dari situ bisa dikatakan saya adalah seorang arsitek. I designed my own life, I chose my own path, therefore I am the Architect of my life. And I'm so proud of it :')

No comments:

Post a Comment