Wednesday, May 15, 2013

Project Control Engineer

Jadi engineer itu keren banget menurut saya, gimana ga keren kalo kerjaannya membangun dan mengendalikan? Apa lagi di bidang offshore oil and gas company, kerennya bisa nambah 100 kali lipat, hihi :D
Nah, since i entered my first job in oil and gas company, selanjutnya ya bakalan nyemplung di siti-situ juga. Pertama-tama saya jadi planning engineer, trus sekarang 'naik pangkat' jadi project control engineer. Kerjaannya relatif mirip keduanya, tapi yang sekarang lebih fokus ke controlling dari pada planning, dan juga yang tadinya kerja di lapangan sekarang stay di kantor.
Jadi project control engineer is a fun thing to do, asalkaaaannnnn....
a. have passion in oil and gas sector
b. have passion in controlling project
c. have knowledge in offshore project sequence
d. have the ability of good communication
e. have the ability of planning and organizing effectively

Poin a sih saya so-so-laah, kalo b sama e, saya ini kan orangnya suka banget ngatur sesuatu jadi sepertinya bakalan good at this point deh, analisa saya sih ;) Kalo poin d sejujurnya saya belum bisa menilai sendiri, maybe anyone want to be my guess? Naaahhhh.... the problem is poin c, yang ini saya jelas ga dapet dari bangku kuliah, ga dapet juga dari first job saya (karena waktu itu kan saya di onshore). Soooo? ya saya harus belajar from deep deep down lagi, bener-bener basic. Saya ngaku deh saya masih bego banget sama offshore. Jacket Pile, Riser Guard, Wellhead deck, etc etc, sekarang jadi makanan sehari-hari. Tapi kalo ga ngerti gimana mau dicerna ya?
Pengen banget bisa cepet ngerti, mungkin kalo seandainya rumor bakar kertas terus abunya diminum bisa beneran bikin pinter dan ngerti, saya rela deh ngelakuinnya, hihii..

Anyway sekarang kerjaan saya di kantor sekarang jadi nambah, ngeblogging! :D
Ini sebenarnya implementasi saya dari mata yang keriting ngadep excel mulu sama otak yang berasep googling offshore work sequence mulu. Saya bukannya mau ngeluh, gini-gini i love my job karena kerjaannya cukup menantang. Semoga di sini saya bisa kebentuk jadi orang yang smart, wise, useful, humble, and mature. Because I sorrounded with those kind of people here. Yeeaayyy... Semangaatttt :D

Tuesday, May 14, 2013

Between Dreams and Opportunity

Jika kita bertanya kepada anak kecil, "ingin jadi apa ketika besar nanti?" Sebagian besar pasti akan menjawab, ingin jadi dokter, pilot, guru... Namun jika bertanya kepada saya, saya akan dengan sangat mantap menjawab, "Saya ingin menjadi seorang arsitek".
Dari kecil saya sudah hobi banget sama yang namanya menggambar denah rumah, merancang site plan, mengatur interior. Bahkan dulu ketika masih duduk di bangku kelas 6 SD, saya sering dapet pesenan gambar denah rumah dari temen-temen sekelas. Mereka seneng, saya ikutan seneng, dan ujung-ujungnya mereka selalu berkata " Ucha jadi arsitek ya, nanti kita pesen desain rumah dari Ucha" And you know what? I did!! I become an Architect!
 
 
The End
 
 
NOPE! Not that easy, gak segampang itu ternyata.
"Apakah saya seorang arsitek?" Kalo lulus dari jurusan arsitektur dari sebuah universitas bisa dikatakan begitu, maka jawabnya "Iya, saya seorang Arsitek". Arsitek adalah sebuah profesi yang dapat melahirkan karya berupa rancangan bangunan yang kemudian diwujudkan dan digunakan. Lalu saya bertanya lagi, "Apakah saya seorang arsitek yang karya rancang bangunannya sudah diwujudkan dan digunakan?" Maka jawabnya sudah pasti "bukan"
Saya sadar banget bahwa jalan menuju puncak impian gak akan semudah itu diraihnya. To become an architect I have to do that, and those, and these, and other things. Dan semesta saya belum memandu saya untuk jadi seorang arsitek sejati. Intinya saya belum mencapai impian saya. Saya stuck dan sedikit desperate, but life goes on. Sementara apply saya di dunia perarsitekturan diacuhkan, apply saya di bidang oil and gas berbuah interview. Dan semua saya jalani, semua saya ikuti. Karena apa? Karena Between Dreams and Opportunity terdapat Choice, diantara impian dan kesempatan terdapat pilihan. Pilihan yang mengarahkan kita akan melangkah kemana? Impian diciptakan untuk digapai, tapi hidup cuma sekali dan kesempatan gak dateng dua kali. Jadi saya memilih untuk mengambil kesempatan, namun saya tidak akan menguburkan impian saya. I'll be there at the peak of my dream, someday... Lagipula arsitek ga melulu soal merancang bangunan, bisa jadi merancang alur kehidupan, dan dari situ bisa dikatakan saya adalah seorang arsitek. I designed my own life, I chose my own path, therefore I am the Architect of my life. And I'm so proud of it :')

Wednesday, May 1, 2013

Always Remember to Take Your Time, Ucha...



Dulu waktu kuliah, saya akan sangat menjaga kestabilan IPK saya dan keperfekan nilai saya. I will try so hard, because i really hate when:


I look dump in front of other people,


I look like i do not master things,


I find it hard to understand something or someone,


I wanna accomplish something, but I can’t,


I’m not capable of something,


Dan sekarang saat saya sudah bekerja untuk kedua kalinya, saya mulai berpikir; that i sucks at my job :(


Bahkan di hari pertama saya menangis sampe sesenggukan, di depan F begitu keluar dari gedung perkantoran kami. Saya kesal dan frustrasi gak bisa membaca format baru dari perusahaan, gak bisa perform dengan baik, sempat salah kirim email, dan salah memahami istilah-istilah yang baru saya temui di hari itu.


Ga cukup di situ, dua minggu kemudian saya kembali curhat ke F, saya gemetar sembari bercerita, bahwa saya gagal menerjemahkan materi meeting yang saya hadiri kemarin pagi.


Rasanya sangat menyebalkan, bahkan lebih menyebalkan dari pada digigit nyamuk sewaktu tidur (ini perumpamaan yang aneh. Abaikan...)


Lalu tanggapan F?


Ketawa. Iya, ketawa. Betapa tidak sopannya makhluk satu ini :’(


F: ucha kerja tanggal berapa?


U: 15 April


F: sekarang tanggal berapa?


U: 30 April


F: udah kerja berapa minggu?


U: dua minggu


F: you are lucky and smart indeed, my queen. Orang lain belum tentu akan mengerti sebanyak yang kamu mengerti dalam dua minggu ini. Bahkan saya perlu tiga tahun untuk jadi seperti sekarang.




F masih tersenyum dan sambil nyetir ke arah pulang, F menasehati saya. Bahwa saya terlalu keras terhadap diri saya, bahwa saya gak harus jadi master dalam sehari, bahkan dua minggu masih terlalu cepat untuk menguasai semuanya. Perlu banyak belajar memang, tapi gak perlu waktu yang teramat singkat. Take your time and learn everything.


Saya terdiam dan jadi melamun...


Betapa kerasnya saya ingin melawan kebencian saya, betapa inginnya saya berlari padahal waktu telah mengizinkan saya untuk berjalan.


And then i realize...


That i still have so much time to learn. That i can take my time and understanding things i wanna understand. That i should believe to myself; I’m capable of accomplishing as many task as they could give to me. I started to smile for the first time of that day J


Thanks for giving me such a wonderful tutor of my life. I wonder how could i be without my F.


Thank you so much, Allah...